Perjalanan Seorang Sunarno Edi Wibowo sampai Jadi Profesor

Nama Sunarno Edi Wibowo tidak asing lagi di kota Surabaya dan Jawa Timur. Beliau adalah seorang pengacara senior di Surabaya dan pada bulan Juli 2022 telah dikukuhkan sebagai profesor oleh ASEAN University International Malaysia. Dengan gelar profesor tersebut, ia juga tengah mempersiapkan kajian yang ia sebut penemuan hukum terbaru dalam waktu dekat.
Bahkan, sehari sebelum keberangkatan, pengacara kondang asal Surabaya ini masih sempat meluncurkan buku terbaru bertajuk “Etika Profesi Hukum di Indonesia”. Acara peluncuran berlangsung di Kayoon Heritage Surabaya. Buku setebal 454 halaman tersebut disusun dari beragam permasalahan yang terjadi di masyarakat. Termasuk, mengungkap peranan para pelaku profesi hukum.
Karena perjuangannya meniti karier dari cleaning service hingga menjadi advokat bergelar profesor, pengacara senior ini mendapat penghargaan dari Peradi Jawa Timur pada September 2022. Prof. Dr. H. Sunarno Edy Wibowo, S.H.,M.Hum berasal dari keluarga golongan masyarakat bawah. Ayahnya adalah sopir di salah satu fakultas universitas negeri. Ibunya bekerja sebagai pembantu cucian di rumah sakit. ”Gajinya minim semua. Kami hidup sederhana sekali,” ceritanya.
Karena berasal dari keluarga yang sederhana, pak Bowo, panggilan akrabnya, belajar dengan giat agar bisa segera lulus dari sekolah. Untuk membantu perekonomian keluarganya, Bowo juga bekerja sebagai pedagang asongan, tukang parkir dan bahkan mendaftar sebagai pembantu umum di fakultas tempat bapaknya bekerja ketika dia sudah merampungkan SMA nya. ”Bagian bersih-bersih sama buat tehnya dosen,” ungkapnya.
Saat bekerja sebagai pembantu umum ini, Bowo sering diremehkan. Kondisi mengubah pola pikirnya. Bowo mendadak ingin kuliah. Dia mau membuktikan diri bisa sukses. ”Kuliah di Narotama jurusan hukum,” ujarnya. Jadwal kuliah yang fleksibel menjadi salah satu alasannya. Jurusan hukum dipilih tanpa alasan khusus. ”Kebetulan kenal seorang pengacara, sepertinya menarik,” imbuhnya.
Setelah menyandang gelar sarjana, dia mendaftar untuk beracara di sebuah kantor hukum. Bowo banyak belajar menangani perkara. Hingga akhirnya dia mampu membuat kantor hukum sendiri.
Perjalanannya sebagai pengacara berjalan mulus. Banyak kasus besar yang ditangani. Di antaranya, penyiraman air keras Siti Nurjazilah yang menyita perhatian publik. Berkat berbagai kasus yang diselesaikannya, namanya pun kian melambung.
Namun, Bowo terus memperbanyak ilmu. Dia melanjutkan kuliah di jenjang S-2. ”Kuliah di Jogja. Di UII (Universitas Islam Indonesia, Red),” ungkapnya. Begitu lulus, dia menambah kesibukan dengan menjadi dosen di kampus tempatnya menempuh sarjana. Dia juga melanjutkan kuliah S-3.
Nama Bowo semakin terkenal setelah mengisi banyak program talk show hukum di sejumlah stasiun televisi. Bahkan, dia didapuk sebagai konsultan hukum di sejumlah media massa.
Bowo juga didapuk menjadi dosen di ASEAN University. ”Beberapa waktu lalu, ada informasi pengajuan gelar profesor,” ujarnya. Bowo merasa bisa memenuhi semua persyaratan. Misalnya, memiliki karya berupa buku dan jurnal internasional. Keinginannya untuk mendapat gelar itu tidak sia-sia. Setelah menjalani semua prosesnya, Bowo mendapat gelar yang diinginkan. ”Ini semua hasil dari kerja keras. Jadi, kalau ada orang kecil yang bermimpi bisa sukses, jangan pernah takut. Usaha terus yang gigih sampai keinginan tercapai,” tegasnya.