Bowo, Sosok Pengacara Hobi Hiking

0 Comments

Surabaya – Sepak terjangnya sebagai pengacara boleh saja memegang andil besar di beberapa kasus tokoh terkenal di Indonesia. Namun, pria bernama lengkap Sunarno Edy Wibowo mengaku lebih suka menghabiskan waktu naik gunung (hiking) untuk melepas penat.

Pria lulusan Universitas Narotama 1981-1988 ini pernah memegang kasus-kasus besar. Seperti kasus narkoba yang menimpa Roy Marten, upaya hukum operasi face-off Lisa hingga kasus Ryan Jombang yang sempat menggemparkan media massa.

Selain menangani kasus-kasus besar, rupanya pria yang akrab dipanggil Bowo ini resah dengan kondisi pemerintah dan negara saat ini. Pembahasan RAPBN yang terkatung-katung membuat bapak dua anak kelahiran Suroboyo ini khawatir perekonomian di Indonesia. Dia pun berharap Presiden SBY segera membuat kebijakan khusus agar tidak membuat gejolak, agar rakyatnya sejahtera.

Meski keresahan-keresahan itu kerap muncul, namun lebih dari itu ia meyakini hidup seharusnya seperti yang dijalani masyarakat di gunung, tanpa ambisi. Sejak duduk di bangku SMA, ia bersama komunitas pecinta alam ‘Kincau’ telah melanglang buana mendaki gunung.

Pertama kali ia hiking, Gunung Welirang di Tretes, Pasuruan yang ia tuju. Menginjak kuliah, ia bahkan pergi hingga ke Mataram mengunjuing Gunung Rinjani.

“Rinjani yang terindah, efeknya nggak hilang meski saya keburu kembali ke Surabaya,” tutur Bowo saat bercerita usai sidang di Pengadilan Militer Surabaya, Senin (3/10/2011).

Jika sudah sekali datang ke Rinjani, lanjut dia, efeknya seperti candu. Berulang-ulang keinginan untuk pergi sering menggodanya di tengah aktivitas rutinnya sebagai pengacara. Tak heran bila Bowo selalu menyempatkan diri sekali dalam setahun untuk berlibur, mendaki gunung.

September lalu, dia mengunjungi Gunung Lawu yang konon angker. Gunung yang berlokasi di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur ini sudah tiga kali menjadi jujugan melepas penat. Tanpa membawa alat komunikasi apapun, Bowo mengaku ingin melepas lara.

“Hidup itu seharusnya begini (tenang), tanpa ambisi,” terang bapak dari Roy Prasojo Wibowo dan Veronika Cyntya Wibowo.

Tanpa membawa ponsel, ia merasa lebih tenang. Ia tak lagi menerima SMS (Short Message Service) dari klien-kliennya dan tak menerima telepon mendengar kabar-kabar dari koleganya di Surabaya.

“Makan apapun jadi enak. Meskipun hanya lauk lalapan, ikan asin, sambal dan nasi panas,” cetus pria kelahiran 21 Juni 1961.

Baginya, refreshing itu sangat perlu. Apalagi bagi para profesional yang hidup di kota-kota besar seperti di Surabaya. Aura positif yang ada di puncak gunung serta udaranya yang sejuk sangat jarang atau bahkan sulit ditemui di kota.

Dan menurutnya, tak ada yang tak memikat dari atas gunung. Pemandangan pohon hingga lampu-lampu kota dari jarak jauh membuatnya ia kembali yakin, sebenarnya manusia itu kecil. Tanpa berbagi dengan sesama, makna hidup tak lebih dari sekedar mencari harta yang sesungguhnya tidak pernah dibawa mati.

Publikasi Tanggal 3 Oktober 2011
Sumber: Detik.com

Kontak Kami

Kantor Pengacara Prof. Dr. H. Sunarno Edy Wibowo, S.H.,M.Hum & Rekan
Rungkut Barata XII No. 25
Surabaya, Jawa Timur

Phone: +62-31-8703151
WA :+628123565180

ADVOKAT SK MENKEH.RI.D.114.KP.04.13 TH.1999